- Unsur Drama
a. Tema
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari kisah drama. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi kisah yang menarik. Tema dapat diambil dari berbagai permasalahan di dunia. Tema bisa sangat beragam. Mulai dari percintaan, keluarga, lingkungan alam, penyimpangan sosial dan budaya, sejarah, sampai politik dan pemerintahan.
Tema dapat dipersempit menjadi sebuah topik. Topik inilah yang kemudian dikembangkan menjadi kisah drama dengan dialog-dialognya. Sedangkan judul dapat diambil dari inti cerita yang menarik perhatian calon penonton. Contoh tema percintaan, topik cinta yang terlarang, judul Romeo dan Juliet
b. Plot
Plot adalah rangkaian peristiwa atau jalannya kisah drama. Biasanya terdiri dari konflik yang berkembang secara bertahap dari sederhana hingga kompleks sampai pada penyelesaiannya.
Tahapan perkembangan plot drama tersebut umumnya adalah:
1. Eksposisi
Melalui adegan dan dialog penonton diperkenalkan tokoh, karakter, dan materi kisah. Ini akan menghantarkan penonton kepada keadaan yang relevan nantinya.
2. Konflik
Mulai ada kejadian atau insiden yang melibatkan tokoh dalam masalah
3. Komplikasi
Insiden berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang semakin banyak, ruwet, dan saling terkait namun belum tampak pemecahannya.
4. Krisis/Klimak
Berbagai konflik telah sampai pada puncaknya sehingga merupakan puncak ketegangan bagi penonton. Berupa akhir pertikaian dari tokoh protagonis (ideal) dan antagonis (tidak ideal).
5. Resolusi
Dalam tahap ini terjadi penyelesaian konflik. Kisah dapat berakhir menyenangkan serta dapat pula berakhir tragis dan menimbulkan protes di benak penonton.
c. Karakter
Karakter adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa atau kepribaddian seorang tokoh dalam kisah drama. Ada banyak sekali jenis karakter yang bisa terdapat dalam satu kisah drama. Misalnya baik hati, keras, sombong, rendah diri, munafik, materialistik, ramah, pemarah, dan lain-lain. Tak menutup kemungkinan bahwa dalam satu pribadi/tokoh memiliki beberapa karakter yang saling bertentangan. Oleh karena itu, pemeran harus dapat menafsirkan karakter yang dikehendaki naskah/skenario. Semakin kuat deskripsi karakter seorang tokoh diperankan, akan semakin jelas dan menarik kisahnya. Dalam memerankan tokoh dengan karakter tertentu, pemain seringkali dibantu oelh penata : rias, busana, dan akting.
d. Dialog
Dialog adalah percakapan antartokoh (yang bersamaan dalam suatu gerak atau adegan) untuk merangkai jalannya kissah. Dialog harus dapat mendukung karakter tokoh, mengarahkan plot, dan mengungkapkan hal-hal agar tersirat pada penonton. Karena itu, dialog harus dijiwai oleh pemeran dan berkembang mengikuti suasana konflik. Dialog yang diucapkan juga tidak boleh tumpang tindih atau bermakna ganda (kecuali jika itu disengaja)
e. Bahasa
Bahasa merupakan bahan dasar naskah/skenario, dalam wujud kata atau kalimat. Kata dan kalimat mengungkapkan makna. Makna, penulis naskah harus cermat memilih ddan merangkaikannya agar dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan secara komunikatif dan efektif. Dialog harus ditulis dengan ragam dan dialek bahasa yang tepat sesuai dengan tempat dan masalah yang dibicarakan serta siap yang berbicara.
e. Ide dan Pesan
Penulis sebaiknya memanfaatkan keadaan kehidupan di masyarakat sebagai ide atau gagasan. Ide tersebut boleh diolah agar menarik, tetapi dapat dipertanggungjawabkan. Merekayasa ide secara logis juga diperlukan untuk menyampaikan pesan moral. Sehingga, selain mempunyai daya hibur, kisah yang ditampilkan juga mempunyai nilai pendidikan.
f. Seting
Seting adalah keadaan tempat dan suasana terjadinya suatu adegan, baik di atas panggung maupun di lokasi shooting. Penata seting harus jeli mengkomposisikan perlengkapan yang terbatas agar menddapatkan keadaan yang maksimal.
- Unsur Pementasan Drama/ Film
a. Naskah/ Skenario
Naskah drama adalah karangan yang berisi sebuah kisah dengan nama-nama tokoh dan dialok yang diucapkannya. Keterangan tentang akting dan keadaan suatu adegan ditambahkan untuk memperjelas adegan dan membantu pemeran mengerti akting bagaimana yang sebaiknya dilakukan.
Skenario adalah naskah drama (besar) atau film yang di dalamnya terdapat uraian lengkap tentang: keadaan, properti, nama tokoh, karakter, petunjuk akting/ ekspresi dan sebagainya. Tujuannya adalah agar sutradara dapat menyajikannya dengan lebih realistis).
b. Pemain/ Pemeran
1. Peran utama
Peran utama ialah peran menjadi pusat perhatian dalam kisah. Jumlahnya lebih dari satu, tetapi semuanya harus tetap digambarkan lebih utuh daripada peran yang lain. Biasanya peran ini tampil lebih sering dari pada peran lain dan memiliki lebih banyak dialok. Ini terutama agar karakter sang peran utama dan kisah drama tergambar lebih baik.
2. Peran pembantu
Peran penting tetapi bukan yang menjadi pusat perhatian. Jumlahnya boleh lebih dari satu. Fungsinya untuk membantu perkembangan kisah dan mendukung penggambaran kisah dan mendukung penggambaran karakter peran utama.
3. Peran tambahan/ figuran
Peran yang diciptakan untuk memperkuat gambaran suasana.
Selain itu, dalam film juga sering diperlukan pemain pengganti (stunman) untuk menggantikan pemain tetap dalam adegan berbahaya
c. Sutradara
Sutradara ialah orang yang memimpin dan mengatur seluruh teknik pembuatan atau pementasan drama/ film. Sutradaralah yang menafsirkan dan menerjemahkan kisah dari bentuk naskah ke dalam wujud nyata pertunjukan. Seorang sutradara harus menguasai seluruh aspek dalam pembuatan/ pementasan drama/film. Sehingga, tiap bagian bisa dikontrol dengan baik dan pementasan bisa maksimal.
Dalam membuat film, seorang sutradara dibantu oleh asisten, seperti asisten properti, akting, dan laga. Selain itu, kerabat kerja yang lain seperti juru kamera, bagian penataan, dan penyuting haruslah orang yang sepaham dengannya dalam mewujudkan hasil akhir film.
d. Properti
Properti adalah seluruh perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan drama atau film. Properti ini bisa yang dikenakan atau tidak dikenakan oleh pemain, dan nantinya dalam pementasan . Properti film tidak terbatas seperti properti drama. Yang termasuk dalam properti bisa sangat banyak. Mulai dari busana pemain dan segala kelengkapannya, set dekorasi, mebel dan hiasan ruangan, model turunan karakter (seperti robot dan monster), maket lokasi, gedung atau ruangan tiruan, kendaraan, bahkan hewan.
e. Penataan
Penataan adalah semua bagian pekerjaan yang mendukung terlaksanaanya pembuatan drama.
1. Tata rias
Tata rias adalah cara mendandani pemain dalam memerankan tokoh tertentu agar lebih mnyakinkan. Tata rias mendukung pemunculan sebuah karakter.
2. Tata busana
Tata busana adalah pengaturan pakaian pemain agar mendukung keadaan yang dikehendaki. Busana hendaknya disesuaikan dengan tepat adegan (pakaian di sekolah berbeda dengan pada suasana pesta), karakter peran ( Pakaian ABG berbeda dengan pakaian pekerja kantor), juga waktu atau zaman cerita (pakaian zaman kerajaan berbeda dengan pakaian masa kini)
3. Tata pentas/properti
Istilah lain yang digunakan adalah seting. Yaitu, mengkomposisikan properti sedemikian rupa agar efektif mendukung pementasan drama atau visualisasi film.
4. Tata lampu
Tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung atau saat pengambilan adegan dalam pembuatan film. Posisi lampu dan intensitas cahaya yang digunakan disesuaikan dengan keadaan yang dikehendaki.
5. Tata suara
Terdiri dari pengaturan pengeras suara, musik pengiring, dan suara-suara alam agar lebih mendukung adegan.
6. Pentas
Pentas adalah tempat diselenggarakannya pertunjukan. Merupakan tempat pemain dan penonton bertemu, baik secara langsung seperti pada panggung dan arena, atau tak langsung seperti melalui layar televisi dan bioskop.
f. Penonton
Penonton termasuk unsur pementasan drama atau flim karena merupakan saksi dari hasil akhir seluruh kerabat kerja. Penontonlah yang mengapresiasi dan menilai karya seni yang baru selesai dipentaskan. Suatu karya seni akan sia-sia jika tidak memiliki penikmat karya tersebut. Dari para pemikat ini juga pembuat karya akan mendapat masukan untuk meningkatkan mutu hasil karyanya.
C. Seni Peran
Sumber : Dok. Pribadi (foto :Hermana HMT)
Gambar: Pertunjukan “Kekawen Kawin” karya Nikolai Gogol, STB, Sutradara Yusep
Muldiyana. Dalam pertunjukan ini kekuatan pemeranan dari masing masing aktor sangat
ditonjolkan untuk menampilkan daya tarik pertunjukan secara keseluruhan.
Kekuatan utama yang menjadi daya tarik sebuah pertunjukan teater adalah akting atau tingkah laku para pemain dalam memerankan tokoh yang sesuai dengan tuntutan karakter dalam naskah. Kekuatan inilah yang akan menjadi magnit , bagus , menarik ,indah, punya kekuatan atau tidak berkarakter, tidak menarik bahkan membosankan akan menentukan penonton bertahan tidaknya ditempat duduknya. Virtuositas adalah kekuatan atau daya tarik seniman yang dilahirkan dari keterampilan,kecerdasan serta pendalaman sepenuh hati dan jiwa pada karya yang ditampilkan, sehingga menimbulkan rasa empati dan simpati bagi yang melihatnya. Untuk tampil bagus dan menarik dipanggung teater,seorang aktor harus menguasai berbagai tehnik dan keterampilan seni peran. Seperti dikatakan oleh stanislavsky, seorang aktor harus menguasai olah tubuh, vokal, dan harus mempunyai daya konsentrasi, imajinasi, fantasi, observasi serta mempunyai kecerdasan, wawasan, pengetahuan yang luas tentang berbagai hal dalam kehidupannya. Sehingga ketika sorang aktor membawakan peran tokoh dalam sebuah pementasan akan tampil dengan kedalaman karakter yang indah, menarik dan penuh penghayatan yang sesuai dengan tuntutan naskah pertunjukan.
Pemahaman mengenai karakter ini adalah penggambaran sosok tokoh peran dalam tiga dimensi yaitu keadaan fisik, psikis dan sosial. Keadaan fisik meliputi ; umur, jenis kelamin,cirri-ciri tubuh, cacat jasmaniah,cirri khas yang menonjol,suku bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus gemuk, suka senyum/ cemberut dan sebagainya. Keadaan psikis meliputi ; watak, kegemaran, mentalitas,standar moral, temperamen,ambisi, kompleks psikologis yang dialami, keadaan emosi dan sebagainya.Keadaan sosiologis meliputi ; jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi dan sebagainya, keadaan sosiologis seseorang akan berpengaruh terhadap prilaku seseorang, profesi tertentu akan menuntut tingkah laku tertentu pula. Pencapaian seorang aktor dalam mewujudkan sosok peran sesuai karakter ini juga ditentukan oleh pengalaman dan kepekaannya dalam menghayati kehidupan serta pengalaman tampil dalam berbagai pementasan.
WS. Rendra menyebutkan bahwa dalam pementasan ada empat sumber gaya yaitu aktor atau bintang, sutradara, lingkungan dan penulis. Aktor atau bintang menjadi sumber gaya artinya kesuksesan pementasan ditentukan oleh pemain-pemain kuat yang mengandalkan kepopuleran, kemasyuran, ketampanan atau kecantikan atau daya tarik sensualnya. Pemain bintang akan menjadi pujaan penonton dan akan menyebabkan pementasan berhasil . jika yang dijadikan sumber gaya adalah actor dan bukan bintang maka kecakapan berperan diandalkan untuk memikat penonton . aktor harus menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara sempurna menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan jiwa tokoh sebagai jiwa sendiri.
Sumber : Dok.Pribadi (Foto Bedeng Siregar)
Gambar: Pertunjukan Teater “Pelajaran” Karya Ionesco Sutradara : Deden Rengga
Dalam pertunjukan ini semua pemain harus menguasai tehnik akting yang memadai
untuk mewujudkan peran yang sesuai dengan tuntutan naskah.
D. Akting
Ajaran akting menurut Boleslavsky dalam buku Enam Pelajaran Pertama
Bagi Calon Aktor :
1. Pelajaran pertama : Konsentrasi
Pemusatan pikiran merupakan latihan yang penting dalam akting, konsentrasi bertujuan aagar actor dapat mengubah diri menjadi orang lain , yaitu peran yang dibawakan . juga berarti aktor mengalami dunia yang lain dengan memusatkan segenap cita, rasa dan karsanya pada dunia lain itu. Jadi tidak boleh perhatiannya goyah pada dirinya sendiri dan pada penonton. Meskipun lakon berjalan, konsentrasi aktor tidak boleh mengendor, juga jika saat itu tidak kebagian dialog atau gerakan .kesiapan batin untuk mengikuti jalannya cerita sampai berakhir, memerlukan konsentrasi. Latihan konsentrasi dapat dilakukan melalui fisik (seperti yoga), latihan intelek atau kebudayaan(misalnya menghayati musik, puisi,seni lukis) dan latihan sukma (melatihan kepekaan sukma menanggapi segala macam situasi).
Sumber : Dok Pribadi (foto : Hermana HMT)
Gambar: Adegan Pertunjukan “ Kekawen Kawin” Karya Nikolai Gogol, STB, Sutradara
Yusef Muldiyana. Konsentrasi merupakan salah satu latihan penting dalam mewujudkan
sebuah peran contoh pad adegan diatas seorang pemain sedang berkonsentrasi pada peran,
dialog dirinya dan dialog lawan mainnya.
2. Pelajaran kedua : Ingatan Emosi.
The transfer of emotion merupakan cara efektif untuk menghayati suasana emosi peran secara hidup wajar dan nyata. Jika pelaku harus bersedih , dengan suatu kadar kesedihan tertentu dan menghadirkan emosi yang serupa, maka kadar kesedihan itu takatannya tidak akan berlebihan, sehingga tidak terjadi over acting. Banyak peristiwa yang menggoncangkan emosi secara keras dan hanya aktor yang pernah mengalami goncangan serupa dapat menampilkan emosi serupa kepada penonton dengan takaran yang tidak berlebihan.
3. Pelajaran ketiga : Laku Dramatik
Tugas utama aktor menghidupkan atau memperagakan karakter tokoh yang diperankannya, dan menghidupkan aspek dramatisasi melalui ekspresi atau mimik wajah melalui dialog, dan pemanfaatan seting pendukung (misal membanting). Aktor harus selalu mengingat apa tema pokok dari lakon itu dan dari perannya, untuk menuju garis dan titik sasaran yang tepat dengan begitu ia dapat melatih berlaku dramatik Artinya bertingkah laku dan berbicara bukan sebagai dirinya sendiri, tetapi sebagai pemeran, untuk itu memang diperlukan penghayatan terhadap tokoh itu secara mendalam sehingga dapat diadakan adaptasi
4. Pelajaran keempat : Pembangunan watak
Setelah menyadari perannya dan titik sasaran untuk peranannya itu aktor harus membangun wataknya sehingga sesuai dengan tuntutan lakon. Pembangunan watak itu didahului dengan menelaah struktur fisik, kemudian mengidentifikasiannya dan menghidupkan watak itu seperti halnya wataknya sendiri. Dalam proses terakhir itu diri aktor telah luluh dalam watak peran yang dibawakannya, atau sebaliknya watak peran itu telah merasuk kedalam diri sang aktor.
Sumber : Dok Pribadi (foto : Bedeng Siregar)
Gamba: Adegan Pertunjukan “Lawan Catur “ Karya Kenneth Arthur,
Sutradara : Deden Rengga. Pemain yang baik adalah pemain yang kalu sudah diatas
panggung tidak tampak lagi pribadinya, dia sudah berubah menjadi sosok yang lain. Dengan
pembangunan watak hal ini dapat terwujud
5. Pelajaran Kelima : Observasi
Jika ingatan emosi, laku dramatik dan pembangunan watak sulit dilakukan secara personal, maka perlu diadakan observasi untuk tokoh yang sama dengan peran yang dibawakan. Untuk memerankan tokoh pengemis dengan baik , perlu mengadakan observasi terhadap pengemis dengan ciri fisik, psikis dan sosial yang sesuai .
6. Pelajaran Keenam : Irama
Semua kesenian membutuhkan irama, akting seorang aktor juga harus diatur iramanya, agar titik sasaran dapat dicapai , agar alur dramatik dapat mencapai puncak dan penyelesaian. Irama juga memberikan variasi adegan, sehingga tidak membosankan. Irama permainan ditentukan oleh konflik yang terjadi dalam setiap adegan.
7. Suara dan Cakapan
Suara dan cakapan adalah dua hal pokok yang harus digarap dengan nada yang sesuai, karena keduanya sangat menentukan suksesnya pementasan. Siswa perlu dilatih mengucapkan vocal a, I, u, e, o dengan mulut terbuka penuh. Mungkin dalam percakapan sehari-hari ini tidak perlu; akan tetapi di pentas, hal-hal yang sehari-hari perlu diproyeksikan karena suara diharapkan dapat sampai pada penonton di deretan tempat duduk paling belakang. Ada kalanya seorang pemain mampu mengucapkan kata dengan jelas atau “las-lasan”, tetapi toh dialog yang diucapkannya tidak merangsang pengertian. Jika ini terjadi, maka persoalannya pada apa yang lazim disebut phrasering technique atau teknik mengucapkan dialog. Kalimat atau dialog yang panjangharus dipenggal-penggal lebih dahulu, sesuai denga satuansatuan pikiran yang dikandungnya. Satu hal lagi yang masih berhubungan dengan latihan vokal ialah perlunya dipahami adanya nada ucapan. Kata “gila” dapat berarti umpatan keras, pujian, kekaguman, jika diucapkan dengan nada yang berbeda-beda. Ini artinya nada ucapan tidak hanya berfungsi untuk menciptakan dinamika, tetapi juga menciptakan makna. Pada saat pemain mengucapkan dialog, kata-kata ternyata tidak diucapkan datar, tetapi terkandung di dalamnya lagu kalimat. Lagu kalimat itu menyarankan pertanyaan, perintah, kekaguman, kemarahan, kebencian, kegembiraan, dan sebagainya. Di samping itu, lagu kalimat juga menyarankan dialek tertentu, misalnya dialek Jawa seperti terdengar dari lagu kalimat yang diucapkan pemeran dalam drama seri Losmen; dalam film Naga Bonar terdengar lagu kalimat yang menyarankan dialek Batak.
E. Gaya Akting
Pemahaman dan penafsiran tentang prinsip berteater, dalam proses aktualisasinya oleh para seniman penggarap atau sutradara, terbagi dalam dua pemahaman yang berbeda yaitu :
1. Teatrikalisme adalah praktek berteater yang bertolak dari anggapan bahwa teater adalah Teater. Suatu dunia dengan kaidah-kaidah tersendiri yang berbeda dgn kaidah-kaidah kehidupan, teater tidak perlu sama dengan kehidupan kehidupan distilasi (digayakan) dan di Distorsi (dirusak), prinsip seperti ini dapat kita lihat dalam teater-teater tradisional. Atau teater- teater kontemporer. Melahirkan gaya akting grand style ( akting di besar-besarkan ) dan Komikal yaitu gaya akting dengan mengekplorasi kelenturan tubuh sehingga menampilkan tubuh-tubuh dengan gestikulasi yang unik dan lucu.
2. Realisme adalah eater harus merupakan ilusi atau cermin kehidupan nyata (Realitas). Teater Ilusionis, kehidupan ditiru setepat mungkin agar ilusi tercapai. pemahaman ini berkembang dalam teater barat (konvensional). Gaya aktingnya adalah gaya realis yaitu wajar mirip dengan gaya kehidupan sehari-hari. Untuk melatih tehnik keaktoran maka diperlukan naskah sebagai pijakan dalam mewujudkan suatu peranan. Dibawah ini terdapat beberapa cuplikan naskah dari beberapa penulis drama yang sudah terkenal, dengan berbagai gaya penulisan naskah yang dapat kalian mainkan sebagai latihan pemeranan.
F. Beberapa istilah dalam teater
Dalam membicarakan drama banyak kita jumpai istilah yang erat hubungannya dengan pementasan drama, antara lain sebagai berikut :
1. Babak
Babak merupakan bagian dari lakon drama. Satu lakon drama mungkin saja terjadi dari satu, dua, atau tiga babak mungkin juga lebih. Dalam pementasan, batas antara babak satu dan babak lain ditandai dengan turunnya layar, atau lampu penerang panggung dimatikan sejenak. Bila lampu itu dinyalakan kembali atau layar ditutup kembali, biasanya ada perubahan penataan panggung yang menggambarkan setting yang berbeda. Baik setting tempat, waktu, maupun suasana terjadinya suatu peristiwa.
2. Adegan
Adegan adaalh bagian dari babak. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari rangkaian suasana-suasana dalam babak. Setiap kali terjadi penggantian adegan tidak selalu diikuti dengan penggantian setting.
3. Prolog
Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memainkan peran yang besar dalam menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon(cerita) yang akan disajikan. Itulah sebabnya, prolog sering berisi lakon, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, serta konflik konflik yang akan terjadi di panggung.
4. Epilog
Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya, biasanya berupa kesinpulan atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang baru disajikan.
5. Dialog
Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan peran yang amat penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalannya cerita drama itu diketahui oleh penonton lewat dialog para pemainnya. Agar dialog itu tidak hambar, pengucapannya harus disertai penjiwaan emosional. Selain itu, pelafalannya harus jelas dan cukup keras sehingga dapat didengar semua penonton. Seorang pemain yang berbisik, misalnya harus diupayakan agar bisikannya tetap dapat didengarkan para penonton.
6. Monolog
Monolog adlah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri. Apa yang diucapkan itu tidak ditujukan kepada orang lain. Isinya, mungkin ungkapan rasa senang, rancana yang akan dilaksanakan, sikap terhadap suatu kejadian, dan lain-lain.
7. Mimik
Mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain. Ekspresi wajah pemain yang sedang sedih tentu saja berbeda dengan ketika sedang marah.
8. Gestur
Gestur adalah gerak-gerak besar, yaitu gerakan tangan kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya yang dilakukan pemain.
9. Bloking adalah aturan berpindah tampat dari tempat yang satu ke tempat yang lain agar penampilan pemain tidak menjemukan.
10. Gait
Gait berbeda dengan bloking karena gait diartikan tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara bergerak pemain. Layar adalah kain penutup panggung bagiandepan yang dapar dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan. Tidak semua panggung dilengkapi layar.
Unsur-unsur Lakon Teater
1. Tema cerita
Agar cerita menarik perlu dipilih topik, contoh tema masalah Keluarga topiknya misal Pilih Kasih
2. Amanat
Sebuah sajian drama yang menarik dan bermutu adalah memiliki pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton.
3. Plot
Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik, plot adalah jalan cerita drama. Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik yang sederhana hingga menjadi konflik yang kompleks sampai pada penyelesaian konflik. Penyelesaian konflik ada yang happyending, atau berakhir sedih atau penonton disuguhkan cerita dengan menafsirkan sendiri akhir cerita.
Ada enam tahapan plot :
a. Eksposisi
Tahap ini disebut tahap pergerakan tokoh
b. Konflik
Dalam tahap ini mulai ada kejadian
c. Komplikasi
Kejadian mulai menimbulkan konflik persoalan yang kait-mengkait tetapi masih menimbulkan tanya tanya.
d. Krisis
Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya
e. Resolusi
Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik
f. Keputusan
Adalah akhir cerita
4. Karakter
Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam drama. Ada tokoh berwatak sabar, ramah dan suka menolong, sebaliknya bisa saja tokoh berwatak jahat ataupun bisa juga tokoh berdialek suku tertentu.
5. Dialog
Jalan cerita lakon diwujudkan melalui dialog dan gerak yang dilakukan para pemain. Dialog dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menghidupkan plot lakon.
6. Setting
Setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu adegan. Karena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung harus bisa menggambarkan setting apa yang dikehendaki. Panggung harus bisa menggambarkan tempat adegan itu terjadi: di ruang tamu, di rumah sakit, di tepi sungai, di kantin, atau di mana? Penataan panggung harus mengesankan waktu: zaman dahulu, zaman sekarang, tengah hari, senja, dini hari, atau kapan? Demikian pula unsur panggung harus diupayakan bisa menggambarkan suasana: gembira, berkabung, hiruk pikuk, sepi mencekam, atau suasana-suasana lain. Semua itu diwujudkan dengan penataan panggung dan peralatan yang ada. Panggung dan peralatan biasanya amat terbatas. Sementara itu, penggambaran setting sering berubah-ubah hampir setiap adegan. Bagaimana caranya? Penata panggung yang mengatur semua itu. Karena itu, penata panggung harus jeli dan pandai-pandai memanfaatkan dan mengatur peralatan yang terbatas itu untuk sedapat-dapatnya menggambarkan tempat, waktu, dan suasana seperti yang dikehendaki lakon drama.
7. Interpretasi
Apa yang dipertontonkan ceritanya harus logis, dengan kata lain lakin yang dipentaskan harus terasa wajar. Bahkan harus diupayakan menyerupai kehidupan yang sebenarnya.
Contoh Naskah untuk latihan pemeranan
SANGKURIANG
Karya UTUY TATANG SONTANI
BABAK IV- ADEGAN 1
Malam hari
LAKONPERTAMA
Di halaman rumah. Sayup-sayup sampai di kejauhan terdengar suara gemuruh
Dayang Sumbi keluar dan rumah dengan suluh ditangan
1. DAYANG : Rasa-rasa dalam mimpi
SUMBI bahwa di malam ini
sedang diciptakan telaga
beserta perahunya,
dimana aku akan berlayaran
sebagai istri dan anakku sendiri
Rasa-rasa dalam mimpi
bahwa tadi
aku dipinang anakku
dan nanti
akan menjadi ibu dari cucuku sendiri
Ah, satu diantara dua :
aku atau anakku,
itulah yang sebenarnya bermimpi
di malam ini
Dan karena kini
asal tadi dan bakal nanti,
maka siapa yang bermimpi malam ini,
itulah yang besok pagi kesiangan,
itulah pemimpi sepanjang jaman
BUJANG MUNCUL
2. DAYANG : Bagaimana ?
SUMBI Apa yang nampak di mata ?
3. BUJANG : Bagai tenaga raksasa yang dicurahkan.
4. DAYANG : Bagaimana ?
SUMBI
5. BUJANG : Bumi gemuruh
pohon-pohon pada tumbang
batu-batu bergulingan
membendung air,
Dilanda air
Dan siapa yang mengerjakan
haiam tidak kelihatan
Tapi yang tidak bisa dipungkin lagi
telaga luas akan segera terbukti
6. DAYANG : Dan perahu ?
SUMBI
7. BUJANG :Itupun hampir selesai
8. DAYANG : Kalau begitu,
SUMBIkita tidak boteh lalai
Mang Aida Lepa dan kawan-kawannya, mesti segera diminta
Datang
9. BUJANG : Baik, Nyai, biar sekarang juga
bibi bangunkan semua
BUJANG TURUN
10. DAYANG : Riuh gemuruh dikejauhan,
SUMBI alamat telaga sedang dibangun.
Riuh gemuruh di dalam dadaku,
karena hati naik turun
Ah, hatiku !
hati manusia yang tahu tiada upaya,
tapi juga hati seoiang ibu
yang diancam bahaya
Sebagai manusia,
Ya. Dewata
Hatiku turun ke bawah telapak
kaki-Mu,
hidmat menyembah kebesaran-Mu,
menyerah
mengalah kepada kehendak-Mu
yang benar selalu
Tapi sebagai ibu,
ya, anakku !
Hatiku naik ke atas puncak citamu,
keras menolak keingmanmu,
bertindak
berontak menentang kebenaranmu
yang tiada benar bagiku
BUJANG MUNCUL DIIRINGI ARDA LEPA DAN KAWAN-KAWAN
11. ARDA LEPA : Ada apa, Nyai ?
kami dipanggil di malam sepi ?
12. DAYANG : Mamang, malam ini
SUMBI bukan malam sepi.
Malam ini malam yang seram
malam yang berat mengancam
Anakku Sang Kuriang
mulai tadi siang
menyatakan pendapatnya
yang tidak disangka-sangka
Dia tidak mau percaya
bahwa mi bukan ibunya
13. ARDA LEPA : Tapi jika semua orang
sependapat dengan Sang Kunang,
apa yang hendak kite katakan, kawan?
Kita semua tidak menyaksikan
kapan Sang Kunang dilahirkan,
bukan?
14. BERSAMA : Biar buta I Biar mati!
Tak pernah kita mengetahui.
15. DAYANG : Memang, kalau semua orang
SUMBI sependapat dengan Sang Kuriang,
itu terserah kepada mereka
Tapi bagiku aku adalah ibunya.
Kalau aku bukan ibu Sang Kuriang
aku tidak akan menolak dia meminang.
Dan mamang sekarang
tidak akan diminta datang
Apakah mamang setuju
anak mengawini ibu ?
16. ARDA LEPA : Anak mengawini ibu ?
Yey, itu tidak lucu !
17. BERSAMA : Itu mesti disapu !
Lebih haram dan jinah !
Lebih hewan dari hewan !
18. ARDA LEPA : Kalau betul Nyai ibu Sang Kunang
kalau betul Sang Kuriang meminang
Sang Kunang mesti kami buang !
Kalau tidak,
kami semua ikut berjinah
Kami menjadi hewan.
19. DAYANG : Nantidulu
SUMBI Dengar dulu!
Sebagai ibu yang kasih sayang teRhadap
anak, pinangan anakku tidak terangterangan
ditolak,
Aku berjanji mau kawin dengan dia,
asal besok ban sedia perahu dan telaga,
Ternyata sekarang
Perahu dan telaga sudah hamper siap
Berarti Sang Kuriang
akan dapat memenuhi permintaan ku.
20. ARDA LEPA : Jadi sekarang Nyai ingin
Supaya tidak jadi kawin ?
supaya peiahu dan telaga
besok tidak bukti ?
21 DAYANG : Betul.
SUMBI Karena itu ku menginginkan
supaya kalian membakar hutan,
biar apinya bersinar-sinar;
menyerupai sinar fajar,
biar anakku Sang Kuriang
Melihat siang akan mendatang !
biar maksudnya diurungkan,
lantaran merasa kesiangan
22. ARDA LEPA : Ai, ai, Nyai ingin
Sang Kunang diajak bermam ?
Itu lucu !
23. BERSAMA : Tapi apa mungkin ?
Sang Kuriang lain dan yang lain
24. DAYANG : Sang Kuriang memang lain dari yang lain
SUMBI tapi Sang Kuriang manusia
Dan kepada manusia aku tetap yakin:
ada Dewata dalam dirinya
Dan selama ada Dewata
di dalam din manusia
kewajiban kita
bukan menundukan membmasakan
tapi menyalakan api keDewataan
yang bersemayam di tubuh lawan
Semoga api pembakar hutan
menjadi api kedewataan
yang bersinar terang-benderang
dalam tubuh Sang Kunang !
25 ARDALEPA : Bagaimana kawan.
kita sekarang membakar hutan ?
26. BERSAMA : Asal terang
ada anak memang ibu
27. ARDA LEPA : Yang sudah teiang
semua manusia adalah satu
Orang lain masih kita juga.
Karena itu,
marilah kita ajak Sang Kuriang
bermain bersama kita
dengan api di tangan kita
Inilah panggilan kita
di dalam hidup bersama
28. BERSAMA : (SAMBILTERUS TURUN)
Semua orang adalah satu
orang lain masih kita juga
kewajiban kita,
biar gigi tinggal dua,
mengisi ini dunia
dengan bermain bersama,
tanpa yang diharapkan,
tanpa yang diidamkan,
selam damang bagi semua
TUGAS1. Portofolio Lihatlah salah satu pertunjukan teater daerah tempat kamu berada. Perhatikanlah dengan cermat unsur-unsur dasar drama dan unsur-unsur pementasannya. Lalu, buatlah laporannya. Protofoliomu ini harus mencantumkan unsur-unsur yang dimaksud. Ingatlah juga bahwa nilai dan karakter pertunjukan teater di tiap daerah bisa berbeda. Sehingga, bisa jadi ada beberapa unsur yang tidak ada atau bahkan lebih bervariasi daripada yang disebutkan di materi.2. Buatlah naskah drama yang sesuai dengan karakter teater daerah sekitarmu dengan langkah-langkah sebagai berikut.1. Lakukan eksplorasi pemikiran untuk mendapatkan tema dan cerita yang unik dan pantas.2. Pertimbangkan cerita menurut kemampuan yang ada dan nilai-nilai yang berlaku di daerahmu.3. Jumlah pemain setiap kelompok antara 5 hingga 10 orang, durasi sekitar 30 menit, usahkan jangan terlalu banyak pergantian seting.4. Naskah dibuat memungkinkan untuk diperbaiki/ dikembangkan terus sesuai kriteria yang telah diuraikan, karena akan ditampilkan pada semester dua.5. Lampirkan rencana pembagian kerja/ peran sesuai kemampuan.6. Pada semester dua kalian akan berlatih teknik olah potensi (tubuh, pikiran, suara), dan improvisasi. |
DAFTAR BACAAN
A.W., Sukmin dan Sutandur, Edy.2006. Terampil Berkarya Seni Rupa 1 . Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Nusantara, Yayat.2007. Seni Budaya untuk SMA Kelas X. Jakarta. Erlangga.
Nusantara, Yayat.2007. Seni Budaya untuk SMA Kelas XI. Jakarta. Erlangga.
Nusantara, Yayat.2007. Seni Budaya untuk SMA Kelas XII. Jakarta. Erlangga.
Hermawati Dwi Arini, Sri, dkk.2008.Seni Budaya untuk SMK Jilid 1. Jakarta. Depertemen Pendidikan Nasional
Hermawati Dwi Arini, Sri, dkk.2008.Seni Budaya untuk SMK Jilid 2. Jakarta. Depertemen Pendidikan Nasional
http//www.prestylarasati.wordpress.com/2008/03/02/ragamhias-be